Sunday 20 November 2016

POLA TANAM MONOKULTUR


POLA TANAM MONOKULTUR
            Monokultur berasal dari kata mono dan culture. Mono berarti satu. Culture berarti pengelolaan / pengolahan. Jadi pola tanam monokultur merupakan suatu usaha pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu jenis tanaman dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola tanam denan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).
            Pemilihan pola tanam monokultur sangat dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha tani dan juga keberadaan akan faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu usaha tani dengan tujuan komersial, terdaat kecenderungan untuk memilih pola tanam monokultur. Pada usaha tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan tujuan akhir yang akan dicapai. Pada monokultur bisa mengintensifkan  tanaman yang paling memiliki nilai ekonomis sehingga hasil produksi pertanian bernilai ekonomi tinggi akan tinggi pula. Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih mudah dan murah dalam perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan kemurahan ini akan semakin mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.





*Ayo bantu Channel Youtube admin dengan menSUBSCRIBE kalian bisa klik DISINI.

1 SUBSCRIBE dari kalian sangat berarti bagi admin, sekali lagi TERIMA KASIH  sudah mampir dan support admin, enjoy reading guys.





                pada suatu lahan dengan irigasi teknis yang memadai, hampir bisa dipastikan kalau pola tanam yang digunakan adalah monokultur tanaman padi. Hingga saat ini, padi merupakan makanan pokok bagi lebih dari tiga perempat penduduk di Indonesia. Padi merupakan salah satu komoditas yang harganya tidak terlalu fluktuatif seperti komoditas yang lainnya. Menanam padi secara monokultur pada lahan dengan irigasi yang memadai seperti menjadi penjamin kehidupan petani karena harga padi yang akan selalu memadai. Selain itu, padi merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap genangan sehingga menjadi primadona pada lahan sawah yang irigasinya baik (air tersedian sepanjang tahun).
            Pola monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan dengan aspek ekologis. Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan dalam jangka waktu yang lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak mantap. Ketidak mantapan ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat dari masukan-masukan yang harus diberikan agar pertanian dapat terus berlangsung. Masukan-masukan yang dimaksud adalah pupuk ataupun obat-obatan kimia untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Ketidakmantapan ekosistem juga dapat dilihat dari meledaknya poulasi suatu jenis hama yang sulit dikendalikan karena musuh alami untuk setiap jenis hama yang menyerang terbatas jumlahnya.
               Pada intinya, kelebihan usaha tani dengan pola monokultur adalah dapat mengintensifkan suatu komoditas pertanian serta lebih efisien dalam pengelolaan yang nantinya diharapkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kelemahan dari pola monokultur ini adalah perlunya mendapatkan input yang banyak agar didapatkan hasil yang banyak. Selain itu, pola monokultur menyebabkan meledaknya populasi hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian. Kerugian lain adalah tidak adanya nilai tambah komoditas lain karena tidak adanya komoditas lain yang ditanam bersama dengan komoditas utama. 
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).[1]
Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran atau polikultur. Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda).
Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.
Istilah "monokultur" sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya, seperti peternakan, kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau ilmu komputer (mengenai sekelompok komputer yang menjalankan perangkat lunak yang sama).

1.      Sistem monokultur

Cara ini adalah sistem pemeliharaan ikan dengan menebar satu jenis ikan kekolam atau empang. Sistem ini memiliki keuntungan :
  1. Lebih mudah penanganannya karena hanya satu jenis dan lebih fokus.
  2. Memudahkan penanggulangan hama penyakit
  3. Pengelolaan air lebih mudah karena karakter ikan terhadap air berbeda dalam hal kebutuhan Ph, Salinitas, kadar oksigen, kekeruhan dan ketinggian air.
  4. Memudahkan pemberian ransum pakan karena setiap jenis ikan berbed kebutuhan nutrisi
Persaingan didalam kolam menjadi minimum baik “perebutan” pakan maupun wilayah.
Sistem polikultur
Pemeliharaan secara bersama-sama atau biota ikan lebih dari dua jenis. Keunggulan cara ini adalah sebagai berikut :
Peningkatan produksi disaat pemanenan lebih dari satu jenis. Serangan penyakit yang spesifik misalnya serangan pada ikan mas oleh virus KHV namun jenis ikan ini tidak terserang dan peternak masih bisa panen pada ikan yang lain. Pada danau yang luas atau danau buatan biasanya ikan mas dicampur dengan ikan patin, jambal dan nila. Ikan ikan ini tidak terserang virus KHV.
Pemanfaatan luas ruang kolam menjadi optimum
Beberapa ikan-ikan yang bisa di polikultur adalah :
Udang windu di polikultur dengan ikan bandeng. Udang windu akan menempati ruang didasar kolam dan ikan bandeng akan menempati permukaan.
Kepiting bakau dengan bandeng, keduanya akan berbagi wilayah dan berbagi pakan. Kepiting bakau sebagai carnivora dan scavanger sementara sisa pakan daging dan bangkai yang tidak terserap oleh kepiting bakau akan menimbulkan plankton. Plankton sebagai pakan ikan bandeng yang baik.
Ikan bandeng dan ikan baronang. Ikan baronang sebagai cleaner pada kolam, baronang memakan lumut.
Ikan nila dan ikan lele, namun pada awal penebaran harus ikan nila yang lebih besar. Ikan nila yang penggemar “sex bebas” dan “doyan kawin” perkembangannya akan lambat karena aktifitas biologis nila itu. Jika lele dipelihara menyusul, ikan lele akan merusak sarang nila. Lele adalah ikan yang aktif dan suka mengaduk-aduk dasar kolam sehingga nila akan sulit memijah. Dalam hal ini terjadi simbiosis mutualisma dimana jika nila dikurangi kegiatan sex nya akan memicu nila cepat besar. Sementara jumlah biaya pakan lele berkurang karena mendapatkan pakan dari feses nila.Ikan baronang tidak bisa dipolikultur dengan rumput laut karena ikan baronang bersifat herbivora.
Dan masih banyak jenis ikan yang bisa di polikultur dan ada beberapa ikan yang tidak bisa dipolikultur seperti ikan lele dengan ikan betutu.
Demikian Terimakasih.

No comments: