POLA
TANAM MONOKULTUR
Monokultur
berasal dari kata mono dan culture. Mono berarti satu. Culture berarti
pengelolaan / pengolahan. Jadi pola tanam monokultur merupakan suatu usaha
pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu
jenis tanaman dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola
tanam denan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian
selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman
tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).
Pemilihan
pola tanam monokultur
sangat dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha tani dan juga keberadaan akan
faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu usaha tani dengan tujuan
komersial, terdaat kecenderungan untuk memilih pola tanam monokultur. Pada
usaha tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan tujuan akhir yang
akan dicapai. Pada monokultur bisa mengintensifkan tanaman yang paling memiliki nilai ekonomis
sehingga hasil produksi pertanian bernilai ekonomi tinggi akan tinggi pula.
Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih mudah dan murah dalam
perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan kemurahan ini akan semakin
mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.
*Ayo bantu Channel Youtube admin dengan menSUBSCRIBE kalian bisa klik DISINI.
1 SUBSCRIBE dari kalian sangat berarti bagi admin, sekali lagi TERIMA KASIH sudah mampir dan support admin, enjoy reading guys.
pada suatu lahan dengan irigasi teknis yang
memadai, hampir bisa dipastikan kalau pola tanam yang digunakan adalah
monokultur tanaman padi. Hingga saat ini, padi merupakan makanan pokok bagi
lebih dari tiga perempat penduduk di Indonesia. Padi merupakan salah satu
komoditas yang harganya tidak terlalu fluktuatif seperti komoditas yang
lainnya. Menanam padi secara monokultur pada lahan dengan irigasi yang memadai
seperti menjadi penjamin kehidupan petani karena harga padi yang akan selalu
memadai. Selain itu, padi merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap
genangan sehingga menjadi primadona pada lahan sawah yang irigasinya baik (air
tersedian sepanjang tahun).
Pola
monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan dengan aspek ekologis.
Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan dalam jangka waktu yang
lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak mantap. Ketidak mantapan
ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat dari masukan-masukan yang
harus diberikan agar pertanian dapat terus berlangsung. Masukan-masukan yang
dimaksud adalah pupuk ataupun obat-obatan kimia untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman. Ketidakmantapan ekosistem juga dapat dilihat dari
meledaknya poulasi suatu jenis hama yang sulit dikendalikan karena musuh alami
untuk setiap jenis hama yang menyerang terbatas jumlahnya.
Pada intinya, kelebihan usaha tani dengan
pola monokultur adalah dapat mengintensifkan suatu komoditas pertanian serta
lebih efisien dalam pengelolaan yang nantinya diharapkan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Kelemahan dari pola monokultur ini adalah perlunya
mendapatkan input yang banyak agar didapatkan hasil yang banyak. Selain itu,
pola monokultur menyebabkan meledaknya populasi hama yang membuat berkurangnya
hasil pertanian. Kerugian lain adalah tidak adanya nilai tambah komoditas lain
karena tidak adanya komoditas lain yang ditanam bersama dengan komoditas
utama.
Pertanaman
tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini
meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif
dan pertanian
industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga
kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya adalah
keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme
pengganggu tanaman (OPT, seperti hama
dan penyakit tanaman).[1]
Cara budidaya
ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran
atau polikultur. Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu
lahan, baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian
lahan yang berbeda).
Pertanaman padi,
jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur
karena memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah
ditanami hanya padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat
bersintas dan menyerang tanaman pada periode
penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur
spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya
untuk memutus siklus
hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.
Istilah
"monokultur" sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya,
seperti peternakan, kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau ilmu komputer (mengenai sekelompok komputer
yang menjalankan perangkat lunak
yang sama).
1. Sistem monokultur
Cara ini adalah
sistem pemeliharaan ikan dengan menebar satu jenis ikan kekolam atau empang.
Sistem ini memiliki keuntungan :
- Lebih mudah penanganannya karena hanya satu jenis dan lebih fokus.
- Memudahkan penanggulangan hama penyakit
- Pengelolaan air lebih mudah karena karakter ikan terhadap air berbeda dalam hal kebutuhan Ph, Salinitas, kadar oksigen, kekeruhan dan ketinggian air.
- Memudahkan pemberian ransum pakan karena setiap jenis ikan berbed kebutuhan nutrisi
Persaingan
didalam kolam menjadi minimum baik “perebutan” pakan maupun wilayah.
Sistem
polikultur
Pemeliharaan
secara bersama-sama atau biota ikan lebih dari dua jenis. Keunggulan cara ini
adalah sebagai berikut :
Peningkatan
produksi disaat pemanenan lebih dari satu jenis. Serangan penyakit yang
spesifik misalnya serangan pada ikan mas oleh virus KHV namun
jenis ikan ini tidak terserang dan peternak masih bisa panen pada ikan yang
lain. Pada danau yang luas atau danau buatan biasanya ikan mas dicampur dengan
ikan patin, jambal dan nila. Ikan ikan ini tidak terserang virus KHV.
Pemanfaatan
luas ruang kolam menjadi optimum
Beberapa
ikan-ikan yang bisa di polikultur adalah :
Udang
windu di polikultur dengan ikan bandeng. Udang windu akan menempati ruang
didasar kolam dan ikan bandeng akan menempati permukaan.
Kepiting
bakau dengan bandeng, keduanya akan berbagi wilayah dan berbagi pakan. Kepiting
bakau sebagai carnivora dan scavanger sementara sisa pakan daging dan bangkai
yang tidak terserap oleh kepiting bakau akan menimbulkan plankton. Plankton
sebagai pakan ikan bandeng yang baik.
Ikan
bandeng dan ikan baronang. Ikan baronang sebagai cleaner pada kolam, baronang
memakan lumut.
Ikan
nila dan ikan lele, namun pada awal penebaran harus ikan nila yang lebih besar.
Ikan nila yang penggemar “sex bebas” dan “doyan kawin”
perkembangannya akan lambat karena aktifitas biologis nila itu. Jika lele
dipelihara menyusul, ikan lele akan merusak sarang nila. Lele adalah ikan yang
aktif dan suka mengaduk-aduk dasar kolam sehingga nila akan sulit memijah.
Dalam hal ini terjadi simbiosis mutualisma dimana jika nila dikurangi kegiatan
sex nya akan memicu nila cepat besar. Sementara jumlah biaya pakan lele
berkurang karena mendapatkan pakan dari feses nila.Ikan baronang tidak bisa
dipolikultur dengan rumput laut karena ikan baronang bersifat herbivora.
Dan
masih banyak jenis ikan yang bisa di polikultur dan ada beberapa ikan yang
tidak bisa dipolikultur seperti ikan lele dengan ikan betutu.
Demikian Terimakasih.
Demikian Terimakasih.
No comments:
Post a Comment